
Bagaimanapun, sepak bola adalah cabang olah raga paling populer di Indonesia sejak dulu hingga sekarang. Meski tidak banyak prestasi yang bisa dibanggakan Timnas Indonesia, pada suporter tetap setia mendukung tim kebanggaanya bermain. Tidak hanya pada level nasional, pada level klub, suporter sepak bola di Indonesia juga memiliki basis yang sangat besar.
Sebut saja Arema Malang dengan Aremania, PSS dengan BCSnya, ada pula Persib yang terkenal dengan Bobothnya dan tidak ketinggalan tentu saja ada Persija degan Jakmania. Itu hanyalah kecil dari tingginya minat masyarakat pencinta bola yang ada di Indonesia. Setiap klub yang berlaga di Indonesia, pasti punya basis suporter lokal yang sangat kuat.
Dari sekain banyak kelompok suporter yang ada di Indonesaia, Jakmania adalah salah satu yang sangat menarik untuk dibahas. Bukan hanya karena pendukung klub Ibu Kota, namun juga karena Persija adalah salah satu klub yang punya sejarah panjang di persepak bolaan nasional bahkan internasional. Kisah kekompakkan suporter setia Persija ini juga kerap diangkat oleh banyak media asing dari luar negeri.
Meski begitu, ternyata ada banyak fakta unik terkait dengan kelahiran kelompok suporter yang terkenal fanatik ini. Mulai dari awal mula, loyalitas hingga rivalitas yang bahkan menimbulkan korban jiwa. Semua akan kami ulas pada beberapa sub pembahasan di bawah ini. Jika anda tertarik, langsung saja simak beberapa paragraf penjelasan berikut ini.
Awal Mula Kemunculan Jakmania
Persija Jakarta adalah transfromasi dari sebuah klub sepak bola era prakemerdekaan yang dulu bernama VIJ (Voetbalbond Indonesia Jacatra). Sejak pertama kali dibentuk pada tahun 1928 hingga sekarang, Persija berhasil meraih total 11 gelar Kompetisi tingkat nasional. 9 gelar di antaranya diraih pada era Perserikatan dan 2 lainya didapat ketika kempetisi sudah masuk era modern atau Liga Indonesia.
Sejarah sukses Persija tentu menjadi daya tarik bagi pecinta sepak bola khususnya di Ibu Kota. Hal ini juga yang mendorong lahirnya kelompok suporter Jakmania. Jakmania sendiri berawal dari gagas Gubernur DKI Jakarta sekaligus pembina Persija kala itu yaitu Sutiyoso. Mlihat minat masyarakat Jakarta yang redah pada Persija, muncullah ide untuk melahirkan Jakmania.
Menggandeng salah satu publik figur, Gugun Gondrong, Jakmania awalnya hanya komunitas kecil yang beranggotakan sekitar 100 orang saja. Melihat perjalanan Jamania, dari tahun ke tahun angotanya semakin bertambah seiring dengan performa Persija Jakarta itu Sendiri. Dengan dukungan Penuh dari Sutiyoso yang terkenal sebagai pecinta bola, Persija berkembang dengan pesat.
Puncaknya terjadi pada tahun 2001 ketika Persija berhasil meraih gelar juara Liga Indonesia pertama kali pasca era Perserikatan. Prestasi Persija yang luar biasa ini membuatnya semakin dicintai oleh masyarakat Jakarta. Lama kelamaan, Jakmania menjelma menjadi salah satu kelompok suporter paling loyal dan salah satu yang memiliki basis masa besar di Indonesia.
Rivalitas dan Kisah Kelam Jakmania
Sepak bola memang sangat identik dengan fanatisme sehingga besar kemungkinan terjadi rivalitas bahkan gesekan antar suporter. Di berbagai belahan dunia mana saja, hal semacam ini kerap terjadi. Tidak jarang gesekan antara suporter sepak bola berakhir dengan ricuh dan menimbulkan korban jiwa. Hal semacam ini ternyata juga menjadi salah satu bagian kelam dari jakmania.
Tentu Jakmania yang sesungguhnya tidak berharap terjadinya konflik apalagi sampai jatuh korban jiwa. Akan tetapi, para oknumlah yang harus dicari dan diadili untuk menghentikan korban dari sebuah rasa kecintaan pada klub Persija Jakarta. Di era sepak bola modern ini, Jakmania memang kerap mengalami perselisihan dengan suproter Persib Bandung.
Salah satu catatan kelam dalam sejarah sepak bola Indonesia yang harus menjadi pengingat bagi kita semua adalah laga antara Persib vs Persija pada tahun 2018. Laga yang berlangsung di Stadion Gelora Bandung Lautan Api itu menelan satu korban jiwa dari suporter tim tandang. Satu suporter beranama Haringga Sirilla tewas diduga dikeroyok oleh oknum suorter lain.
Memang sebelumnya sudah ada larangan suporter Persija untuk datang ke Stadion. Namun rasa cinta dan loyalitas Haringga tidak bisa sepenuhnya disalahkan dalam hal ini. Tewasnya Haringga menambah daftar panjang korban jiwa rivalitas Jakmania dengan suporter Persib Bandung. Sampai saat itu, total sudah ada 7 korban jiwa akibat anarkisme oknum suporter yang melibatkan rivalitas Persija dan Persib.
Padahal jika menilik fakta sejarah yang sebenarnya, fans Persija dengan Persib sejatinya memiliki hubungan baik sejak awal. Konflik antar suporter ini diduga terjadi sejak laga Persib kontra Persija pada tahun 2001 silam. Kala itu laga yan dipertandingkan di Stadion Siliwangi berakhir dengan ribuh dan semenjak saat itulah gesekan dan konflik terus berlanjut.
Penantian Panjang Jakmania Terbayar Tahun 2018
Sebagai salah basis suporter terbesar di tanah air, tentu Jakmania terus berharap klub kebanggaanya bisa kembali meraih gelar juara. Sejak juara Liga Indonesia di tahun 2001, Jakmania terus mendukung tim kesayangan mereka berlaga di mana saja. Mulai dari laga kandang yang selalu dipenuhi Jakmania hingga rombongan besar saat mendatangi laga tandang.
Penantian panjang ini akhirnya terbayarkan pada tahun 2018 lalu dimana Persija kembali berhasil menjuarai kompetisi sepak bola tertingi di Indonesia. 17 tahun bukan waktu singkat bagi sebuah tim untuk bisa kembali meraih gelar juara. Prestasi ini tentu membawa gegap gempita bagi para Jakmania dan Jakanggel, suporter wanita Persija yang tidak kalah loyal.
Pawai keliling kota pun digelar Jakmania bersama dengan skuad tim kebanggaan mereka. Gubernur Jakarta juga menyampaikan apresiasinya kepada Jakmania atas loyalitas serta dukungan tanpa batas yang terus diberikan sehingga Persija bisa kembali juara setelah tertidur 17 tahun lamanya. Hal yang sama juga disampaikan kapten tim, Andritany yang memberikan gelar juara ini sebagai hadiah ulang tahun Jakmania.
Fanatisme Jakmania Terkenal Hingga ke Luar Negeri
Ternyata fanatisme dan ksetian Jakmania tidak hanya terkenal di dalam negeri saja. Beberapa media asing sudah sering mengisahkan loyalitas Jakmania dalam mendukung tim kebanggaan berjuluk Macan Kemayoran tersebut. Salah satu yang paling baru adalah video unggalah Copa90 yang mengangkat kisah suporter fanatik di Indonesia dan salah satunya adalah jakmania.
Kekompakkan Jakmania menjadi salah satu hal yang disorot dalam ungahan video tersebut karena Jakarta adalah tempat meleburnya beragam kebudayaan dari seluruh pejuru Indonesia. Dalam video berdurasi sekitar 10 menit itu juga dikisahkan awal pembentukkan Jakmania oleh gubernur Sutiyoso. Dari komunitas kecil, Jakmania akhirnya berkembang menjadi salah satu siporter dengan basis masa terbesar d tanah air.
Melalui video yang sama, dijelaskan pula betapa tingginya loyalitas Jakmania dalam mendukung laga laga tandang Persija seperti yang terjadi di Stadion Manahan Solo tahun 2017 lalu. Pasca gelar juara liga yang diraih pada tahun 2018, ditambah dengan gelar terbaru Piala Menpora 2021 membuat kebanggaan Jakmania pada Persija semakin bertambah.