
Persija Jakarta adalah salah satu klub tersukses di Indonesia. Klub berjuluk Macan Kemayoran ini merupakan klub yang berhasil menjuarai kompetisi kasta tertinggi di Indonesia. Sebanyak 9 kali juara perserikatan dan 1 kali juara Liga Indonesia. Tentu, prestasi tersebut tidak lepas dari nama-nama pemain besar yang ikut berjasa.
Klub yang berusia hampir 100 tahun ini tentu telah menggunakan banyak jasa pemain. Mulai dari 1920-an sampai saat ini, tentu sudah ada ratusan atau bahkan ribuan pemain yang pernah memperkuat tim ibukota ini. Dengan prestasinya, tentu segala lini mulai dari pertahanan sampai lini serang, ada pemain-pemain besar yang pernah mengisinya.
Pada kesempatan kali ini, disini akan dibahas mengenai mesin-mesin gol terbaik yang pernah dimiliki oleh tim Persija Jakarta. Sebagai penikmat sepakbola, tentunya harus tahu nama-nama besar yang sangat berjasa bagi tim seperti Persija Jakarta. Tidak perlu lama-lama, simak nama-nama berikut ini.
Soetjipto Soentoro
Nama Soetjipto Soentoro bukanlah nama asing lagi bagi Persija. Pemain ini termasuk salah satu orang yang layak disebut sebagai legenda bagi klub. Pria asli Gandaria, Jakarta Selatan ini memulai karirnya dari bawah. Berawal dari klub Ippi Kebayoran Baru, soetjipto muda sudah dilirik tim internal persija kala itu, Ps Setia.
Pada kompetisi perdananya di internal Persija, Soetjipto Soentoro langsung tancap gas. Pemain dengan julukan Gareng ini langsung bersinar di musim perdananya bersama Ps Setia. Tidak butuh waktu lama, Soetjipto langsung masuk ke skuat senior yang saat itu dibawah kepelatihan Wuwungan.
Saat rekan seumurannya masih berkarir di tim u-18, Soetjipto langsung mendapatkan promosi ke tim senior. Pemain kelahiran Bandung tersebut langsung bergabung dengan nama-nama besar kala itu seperti Tan Liong Houw, Win Pie, Paidjo sampai Bob Hippy. Di umurnya yang masih muda, Soetjipto berhasil menjadi pemain vital kala itu.
Sepeninggal Wuwungan, suksesornya yakni Liem Soen Joe atau Endang Witarsa juga menaruh minat besar terhadap kemampuan Soetjipto. Soetjipto kala itu langsung dijadikan sebagai pilihan utama dokter (sapaan bagi Endang Witarsa) untuk mengisi posisi penyerang di skema ofensif Persija 2-3-5 kala itu.
Pada tahun 1964, Soetjipto yang kala itu didapuk sebagai kapten berhasil menjuarai kompetisi Perserikatan. Posisinya sebagai second striker yang mampu bergerak bebas diantara gelandang membuatnya sangat leluasa dalam bermain. Spesialnya, kali ini Persija berhasil menjuarai kompetisi tanpa satu kalipun menelan kekalahan.
Pada musim tersebut, Soetjipto juga berhasil menorehkan 16 gol dan menjadi top skorer. Di usianya yang masih tergolong muda, 23 tahun, Soetjipto berhasil mempersembahkan gelar juara bagi tim Persija. Terlebih, kala itu, soetjipto mengemban tugas sebagai kapten serta berhasil menjadi top skorer.
Pada tahun 1971, Gareng memilih pensiun dari dunia sepakbola. Sayang, di musim terakhirnya tersebut, Gareng gagal mempersembahkan gelar juara karena harus mengakui kekalahan dari lawannya PSMS Medan. Saat ini, Gareng dipakai sebagai nama salah satu tribune di SUGBK sebagai bentuk penghormatan atas jasanya bagi Macan Kemayoran.
Risdianto
Risdianto merupakan salah satu mesin gol tertajam bagi Persija. Risdianto datang ke ibukota pada tahun 1971. Bermula dari klub internal Persija, UMS, pada tahun yang sama, Risdianto berhasil menembuh tim utama. Pemain yang aslinya berasal dari Pasuruan tersebut langsung berevolusi menjadi penyerang menakutkan bagi Macan Kemayoran di era 1970-an.
Risdianto merupakan pemain yang berjasa dalam pencapaian gelar juara kompetisi perserikatan di tahun 1973. Meneruskan tendangan Andi Lala saat itu, sontekan Risdianto berhasil menembus jala pertahanan Persebaya Surabaya. Persija menang dengan skor 1-0 dan membuatnya menjadi juara kompetisi perserikatan kala itu.
Sempat berpindah klub ke Mackinnos FC, Hongkong, pada 1975, Risdianto kembali ke pelukan Macan Kemayoran. Di tahun tersebut, Risdianto kembali berhasil mempersembahkan gelar juara bagi tim Ibukota. Pada 1977, risdianto memilih untuk meninggalkan klub. Sayang, di musim terakhirnya, risdianto gagal memberikan gelar usai kalah dari Persebaya dengan skor 3-4.
Andi Lala
Pemain asal Makassar ini menjadi salah satu penyerang fenomenal bagi Persija. Andi Lala bisa dikatakan sebagai jaminan mutu untuk tim Macan Kemayoran meraih gelar juara. Benar, Andi Lala memang bukan terkenal karena jumlah gol yang mampu dilesakkan. Namun, pemain ini terkenal karena mampu mempersembahkan tiga gelar juara bagi masyarakat Jakarta.
Di tahun 1973, Andi Lala merupakan salah satu orang yang berjasa dalam pencapaian gelar bagi Persija. Umpannya kepada Risdianto kala itu merupakan umpan kunci yang sangat berjasa untuk merengkuh gelar juara di tahun 1973. Sedangkan pada tahun 1975, Andi Lala juga berjasa dalam kemenangan atas Persipal dengan empat golnya.
Di tahun 1979, pada menit ke-64, Andi Lala berhasil menyundul bola ke gawang lawan dan menjadi gol satu-satunya di pertandingan tersebut. Gol tersebut juga menjadi pengantar bagi Persija untuk menjuarai kompetisi perserikatan. Gelar ini juga menjadikan persija sebagai tim dengan perolehan gelar terbanyak saat itu.
Adityo Darmadi
Bomber berikutnya adalah Adityo Darmadi. Penyerang atau attacker asal Solo ini menjadi salah satu pemain andalan bagi Persija Jakarta di tahun 1980-an. Adityo datang ke Persija di tahun 1985. Kala itu, Macan Kemayoran sedang berada di fase kritis. Tim yang bermarkas di ibukota ini nyaris terdegradasi dari kasta utama.
Kedatangan Adityo sendiri menjadi juru selamat bagi Persija untuk menghindarkan diri dari jurang degradasi. Terbukti, lewat gol-golnya pada fase play-off di Cirebon, Persija berhasil terlepas dari fase kritis tersebut. Adityo juga menjadi salah satu pemain yang sangat dibenci oleh rival abadi Persija, Persib Bandung.
Pada tahun 1985, Adityo mengepalkan tangan ke atas langit yang menjadi penanda kemenangan Persija atas Persib di tanah Bandung. Memang, pemain ini menjadi momok menakutkan bagi Persib Bandung. Sayangnya, sepanjang karir Adityo bersama Persija, tidak ada satupun gelar yang mampu dipersembahkan.
Bambang Pamungkas
Living legend, itulah kata yang tepat untuk menggambarkan sosok Bambang Pamungkas. Bergabung dengan Persija di tahun 1999, Bepe berevolusi menjadi salah satu mesin gol terbaik bagi tim Ibukota. Dalam dua musim perdananya bersama Persija, cah getas ini mampu menorehkan 24 gol.
Keunggulan Bambang Pamungkas di posisi penyerang ialah duel udara. Meski tubuhnya relatif kecil, namun penempatan posisi pemain ini sangat baik. Selain itu, Bepe juga memiliki kemampuan yang sama baiknya pada kedua kakinya. Tidak heran jika banyak yang menyebut bepe sebagai titisan Soetjipto Soentoro.
Pada tahun 2001, bepe berhasil mempersembahkan gelar juara Liga Indonesia bagi Macan Kemayoran. Kala itu, Persija berhasil mengalahkan Psm Makassar dengan skor 3-2 pada laga puncak yang diadakan di Stadion Utama Gelora Bung Karno. Di kompetisi ini, Bepe juga didapuk sebagai pemain terbaik.
Kemampuan apiknya juga dilirik timnas. Tercatat, bepe rutin membela tim merah putih selama 12 tahun. Sayang, selama berkarir dengan tim Garuda, Bepe belum berhasil mempersembahkan gelar. Namun terlepas itu semua, Bambang Pamungkas tetap layak disebut sebagai legenda persepakbolaan di Indonesia.
Meta judul: Inilah 5 Mesin Gol Persija Terbaik Sepanjang Masa