
Dibalik performa dari para pemain yang sedang bertanding di lapangan, tentunya ada para pendukung setia yang selalu memberikan semangat dan dukungan dibaliknya. Menambah semarak dan membakar semangat di stadion ketika klub idolanya bertanding, itulah kegiatan utama dari para suporter sepak bola.
Peran supporter atau pendukung dalam sebuah klub sepakbola memang tidak bisa dilepaskan. Bahkan, supporter sering disebut sebagai pemain kedua-belas yang berarti pemain tambahan bagi klub ketika bertanding. Baik pertandingan kandang maupun tandang, para pendukung ini selalu datang untuk menambah daya kekuatan klub kebanggaannya.
Persija Jakarta, salah satu klub sepak bola besar asal Indonesia juga memiliki para pendukung setia. Para pendukung in setia untuk selalu berusaha hadir di setiap pertandingan dimainkan oleh Macan Kemayoran tersebut. Berbagai bentuk semangat dan dukungan selalu disuarakan setiap klub besar asal Jakarta ini bertanding.
Para pendukung setia ini biasanya mengenakan atribut yang khas, menyuarakan yel-yel yang khas, dan berpenampilan khas merepresentasikan klub idola mereka. Berikut ini akan dijelaskan mengenai sejarah awal terbentuknya The Jakmania, komunitas-komunitas di bawah naungannya, hingga chant-chant terkenal yang telah mereka buat.
Sejarah The Jakmania
Sebelum terbentuk Persija Jakarta, sebelumnya klub sepak bola ini bernama Voetbalbond Indonesia Jacatra (VIJ). Para pendukung setianya kala itu menamakan diri sebagai VIJers, ketika itu masih di masa kekuasaan Hindia Belanda, dan setelah kemerdekaan VIJers menghilang. Kemudian Voetbalbond Batavia en Omstreken (VBO) bergabung dengan VIJ dan berganti nama menjadi Persija.
Seiring itu munculah kelompok pendukung bernama Persija Fans Club (PFC). Ketika itu anggotanya masih terbatas, seperti keluarga pemain, pengurus, dan artis-artis ibu kota. Karena sedikitnya para pendukung ini, maka muncullah suatu ide untuk membentuk pendukung dengan nama The Jakarta Mania (Jakmania) pada tahun 1997.
Diza Rasyid Ali, manager Persija ketika itu adalah orang yang pertama kali mengutarakan ide untuk membentuk The Jakmania. Gubernur DKI Jakarta Sutiyoso ketika itu mendukung penuh ide tersebut. Ketika sudah terbentuk, Gugun Gondrong dipilih untuk menjadi ketua karena dianggap terkenal dan cocok untuk posisi tersebut.
Kelompok pendukung ini awalnya berbentuk komunitas, anggotanya ketika itu baru 100 orang dengan pengurusnya sejumlah 40 orang. Ketika itu juga terbentuk lambang dari The Jakmania, yaitu tangan dengan jari berbentuk huruf J. Pencetusnya ketika itu adalah Edi Supatmo, Humas Persija kala itu. Hingga saat ini lambang tersebut masih digunakan.
Kemudian Gugun Gondrong digantikan Bung Ferry atau Ir. Tauhid Indrasjarief. Selama 3 periode Bung Ferry terpilih menjadi ketua dari 2001 hingga berakhir pada 2005. Selama dipimpin olehnya, organisasi The jakmania semakin tertata dengan baik. Padahal kala itu cukup sulit mengajak warga Jakarta untuk bergabung.
Untuk memimpin The Jakmania pada periode 2005-2007, terpilihlah Bung Danang atau Hanandoyo Ismartani pada Pemilu Raya 2005. Tahun-tahun berikutnya pemilihan umum untuk memilih ketua pendukung dari Persija jakarta tersebut rutin dilaksanakan. Diky Soemarno merupakan ketua umum The Jakmania saat ini.
Anggota dari para pendukung setia klub asal Jakarta tersebut semakin bertambah banyak setiap tahunnya. Hingga saat tulisan ini dibuat, yang tergabung dalam The Jakmania telah mencapai ±80.000 anggota yang memiliki Kartu Tanda Anggota (KTA) aktif dari 84 wilayah di Jabodetabek dan 7 Biro Resmi di luar Jabodetabek.
Chant Terkenal dari The Jakmania
Sebagai kelompok pendukung, tentunya The Jakmania memiliki beragam cara untuk menyuarakan semangat dan dukungan bagi para pemain yang sedang bertanding di lapangan. Bentuk dukungan dan semangat ini dapat disuarakan dengan berbagai bentuk, salah satunya adalah chant atau yel-yel.
Chant atau yel-yel, sudah menjadi semacam kewajiban dalam dunia sepakbola. Karena sejatinya, gemuruhnya tribun stadion dari chant para supporter itulah yang membuat pertandingan sepakbola menjadi lebih seru. Hal serupa juga terlihat ketika menyaksikan Persija, dimana chant-chant dari The Jakmania akan mewarnai pertandingan tersebut.
Ada banyak bentuk chant yang telah para pendukung klub asal jakarta ini buat untuk membakar semangat para pemain klub idolanya yang sedang bertanding. Yel-yel ini biasanya dinyanyikan bersama-sama di tribune stadion. Berikut ini adalah contoh yel-yel yang paling populer dari The Jakmania.
1. Anak The Jak asik-asik
Pencipta dari chant ini adalah Bang Ferry, yang ketika itu berhasil membuatnya di Stadion Menteng. Nada yang dipakai untuk menyorakkan yel-yel yang pertama ini adalah “Tanjung Perak”. Semua liriknya memiliki akhiran “ik”, guna menyesuaikan dengan Kapten Persija bernama Nuralim atau lebih dikenal sebagi Jabrik.
Chant The Jak Asik-Asik ini cukup terkenal dan mudah untuk dihafalkan. Hal ini tentu juga dipengaruhi oleh liriknya yang cukup mudah diingat dan tentunya memiliki rima yang menarik. Liriknya sendiri kurang lebih menceritakan tim yang dipimpin oleh si Jabrik mampu bermain apik.
2. Kicir-kicir
Chant atau yel-yel ini terinspirasi dari lagu Betawi yang berjudul Kicir-kicir, liriknya diubah sedikit agar relevan dengan dukungan semangat yang hendak disuarakan. Bung Ferry menjadi orang orang yang telah menciptakan chant tersebut. Bang Ferry menuturkan jika ia membuat yel-yel tersebut karena saat itu ada dua tim mendominasi sepak bola Indonesia, yaitu Persija dan Pelita Jaya. Pelita Jaya memiliki lagu ‘Jali-jali’, untuk itu Persija juga harus memiliki, dan dipilihlah ‘Kicir-kicir’.
3. Sopan dong sopan dong
Yel-yel berikutnya juga tak kalah seru dan menarik, penggalan liriknya sebagai berikut, “Sopan dong kalo maen di Jakarta, Kalo nggak bisa sopan nanti nggak bisa pulang”. Jika didengarkan baik-baik memang agak intimidatif liriknya, namun inilah suporter sepak bola.
Para suporter biasanya memang ingin lawan dari tim kebanggaannya merasa tidak nyaman, karena itulah terkadang chant yang mereka nyanyikan pun sering mengandung intimidasi. Menurut Bang Ferry, sekaligus pencipta lagu ini, ia mengkhususkan lagu tersebut bagi lawan Persija yang bermain kasar di pertandingan.
4. Persija di dadaku
Chant satu ini cukup terkenal, bahkan mungkin semua penggemar sepak bola di indonesia tidak asing dengan irama chant tersebut. Chant ini terinspirasi iramanya dari lagu daerah asal Papua, yakni “Apuse”. Yel-yel tersebut cukup populer dan saat ini dikenal oleh seluruh masyarakat Indonesia yang hobi nonton sepak bola. Bang Ferry mengatakan jika chant tersebut tercipta secara spontan ketika ia ditunjuk sebagai dirijen dadakan.
Penggemar sepak bola di Indonesia kebanyakan mengetahui chant ini karena kata “Persija” diganti menjadi “Garuda”, dimana chnt biasanya lantang dinyanyikan oleh para suporter jika Timnas Garuda sedang bertanding. Namun masih sedikit tahu jika pada awalnya yel-yel tersebut milik Persija Jakarta.
5. Kesurupan
Nomor lima ada chant berjudul kesurupan. Yel-yel ini tidak kalah populer dengan yel-yel lain yang biasa digunakan Jakmani karena begitu enerjik serta mampu menggugah semangat. Bang Ferry mengatakan jika menciptakan yel-yel tersebut karena didasarkan pada pengalamannya ketika bekerja di salah satu perusahaan berada di Hang Tuah.